NGOPI CANTIK 7 : MENGUPAS MITOS DAN FAKTA SEPUTAR SKINCARE

7:59 AM



Kalau sekarang lagi heboh banget tentang dunia perskincare-an, mulai dari yang baru mulai berminat sampai yang sudah menggunakannya. Biasanya kalau heboh tentang sesuatu apalagi suatu produk pasti ga terlepas dari berita - berita tentang mitos dan fakta seputar produk tersebut. Sama halnya seperti skincare, banyak banget mitos yang sudah disebarkan tetapi salah sasaran.

Salah satunya paraben, kalau kalian denger "PARABEN" pasti langsung mikir wahhh bahaya tuh. Atau kalau kalian sering banget denger "kosmetik natural tanpa bahan kimia"? apakah kalian yakin kosmetik yang berbahan kimia itu berbahaya? atau kalian yakin pembuatan kosmetik atau skincare benar - benar murni tanpa bahan kimia??

Gw adalah salah satu yang worry juga nih sama mitos yang beredar seputar skincare di dunia maya, mau pakai skincare jadi ragu - ragu. Dan kebetulan kemarin Beautiesquad ini mengundang kak Mia penulis blog https://insommia.net/ mengisi Ngopi Cantik 7 kali ini dengan tema "Mengupas Mitos dan Fakta Seputar Skincare". Kalau kalian juga pembaca setia blog kak Mia pasti kalian tau, dia paling sering ngebahas skincare dengan tuntas. 


Dan langsung aja deh yaaa dari pada penasaran gw mau cerita ngopi cantik ini apa yang di bahas dan juga gw langsung kasih deh penjelasan dari kak mia tanpa gw potong atau gw kurangi sedikitpun, karena gw ngga mau jadi salah satu pemberi informasi yang salah. hihihi


1. Kosmetik natural dan kosmetik berbahan dasar kimia.

Enggak semua kosmetik natural itu safe. Dan nggak semua produk sintetis, which is diproduksi dengan menggunakan bahan bahan kimia itu berbahaya Masih banyak dari kita yang suka
ngeshare "produk ini aman tanpa bahan kimia", itu menurut aku secara konteks salah sih, jadi
kayak pembodohan umat.

Karena gini sih, kalo kita ngomongin soal water, pasti banyak ya di toner, moisturizer, lotion dll itu
pasti selalu jadi ingredients pertama atau kedua dicantumin di produk. Water -> aqua -> air ->
H2O. Water itu natural, safe, aman selama enggak ada rasa, bau, dan warna yang aneh. Tapi
seperti yang kita ketahui bersama, yang namanya air itu ada namanya sendiri di ilmu kimia: H2O.
Jadi, nggak bisa dibilang natural itu enggak mengandung unsur kimia.

Nah, kenapa sih yang natural nggak selalu safe? Ini sebetulnya ada hubungannya sama yang bakal
aku bahas di topik kedua, tapi untuk sekarang aku kasih contoh lain deh. Kita pasti pernah denger
yang namanya titanium dioxide dan zinc oxide. Kalo suka pake sunscreen, pasti tahulah ya, atau
hapal sama dua bahan ini.

Nah, dua duanya punya fungsi sebagai sunscreen agent yang bagus untuk melawan UVA dan UVB.
Tapi faktanya, sunscreen agent yang diproduksi di pabrik itu dibuat dalam bentuk sintetis. Jadi
walaupun di alam ada juga yang namanya titanium dioxide dan zinc oxide, kedua bahan ini nggak
safe kalau kita pakai buat bahan skincare, karena beracun. Jadi perlu diputarbalikkan mindset itu
bahwa natural nggak selalu safe, dan sintetis nggak selalu bahaya.

Contoh lain, misalkan ngomongin silikon. Silikon itu sintetis, suka banyak yang menganggap ini
bahaya. Biasanya karena kita suka denger atau baca artikel yang ngomongin soal suntik silikon.
Bahwa ya, memang ada jenis-jenis silikon berbahaya, itu bener. Tapi kalau sifatnya untuk kita
pakai sebagai skincare, produsen juga mikir, nggak mungkin menggunakan bahan berbahaya buat
ditemplokin ke muka. Dimethicone itu sangat aman, dan sebetulnya merupakan jenis silikon
terbaru yang nggak bikin pori pori kita tersumbat.


2. Paraben

Jadi paraben ini sifatnya sintetis, alias dibikin dengan menggunakan unsur unsur kimia, nggak
berasal dari alam. Salah satu alasan kenapa orang orang takut sama paraben itu karena katanya
sih penyebab kanker payudara. Tapi kalau kamu salah satu followers @labmuffinbeautyscience,
mungkin kamu pernah baca juga artikel dia tentang paraben. Dari yang aku baca juga, sebetulnya
ada mispersepsi soal paraben ini.

Sejarahnya begini sih, media itu sempat menggembar gemborkan bahwa paraben sebagai
reseptor estrogen yang bisa mempengaruhi hormon wanita. Estrogen ini dikaitkan sama
penelitian kanker payudara dan ketidakmampuan wanita melakukan reproduksi. Mereka salah
mengartikan gara gara ada penelitian yang dilakukan tahun 2004 terkait kanker payudara, di mana
katanya sih di jaringan di dalam payudara ditemukan paraben.

Cuman sebetulnya jumlah paraben yang ditemukan itu, kalau diibaratkan, seperti sejumput pasir
yang kita genggam pas kita lagi di Sahara. Artinya, sedikit banget. Jadi, kalo ada green beauty
campaign yang nyebut "no paraben, no lanolin, no SLS", buat aku itu pembodohan. Di Indonesia,
ya, yang aku perhatiin, kebanyakan produk itu pake ethylhexylglycerin, phenoxyethanol, sama
DMDM hyantoin buat bahan pengawet kosmetik, atau skincare.

Sampai sejauh ini, paraben termasuk yang paling aman. Karena udah ratusan tahun dari sejak
ditemukan sampai sekarang, kasus alergi atau kasus yang membuat paraben dianggap berbahaya
itu sangat sedikit
Sementara phenoxyethanol itu dilarang di beberapa negara, dan kemungkinan alergi yang timbul
itu rasionya lebih besar dibanding paraben. DMDM hyantoin itu bahan pengawet yang merupakan
jenis formaldehyde, dalam arti, ketika ada bakteri hinggap di skincare, DMDM ini fungsinya
sebagai antimikroba yang akan membunuh bakteri. Walaupun sampai detik ini masih dianggap
aman (tapi setahuku sih kadar persen yang boleh dipakai itu 0.2%), kemungkinan kulit kita iritasi
itu jauh lebih besar ketika menggunakan produk dengan bahan pengawet DMDM. Ini, sebetulnya, masih teoriku sendiri, jadi jangan langsung percaya.

Karena CIR (Cosmetics Ingredients Review), salah satu lembaga terpercaya yang didirikan di Amrik
atas inisiasi beberapa brand kosmetik, ngerilis info kalo DMDM hyantoin, phenyoxyethanol, dan
paraben aman selama memenuhi standar safety-nya mereka. Oya, OOT, aku yakin kalian juga
sering dengerin soal lembaga bernama EWG, Environmental Working Group. Aku biasanya
melesetin jadi Environmental Worry Group, karena mereka salah satu lembaga yang ngerilis info
paraben itu bahaya.  Jadi ya, aku saranin, sebaiknya kalian cari info di CIR. EWG bisa jadi acuan tapi jangan jadi patokan utama. Kalo nyari bahan ingredients. CosDNA soalnya suka ngambil dari EWG, aku kurang percaya jadinya.
Ada studi di tahun 2007 yang mempelajari soal pembesaran jaringan payudara yang tidak normal
pada tiga remaja laki laki; mereka jadi punya payudara Namanya prepubertal gynecomastia, bisa
di-googling. Studinya dipublikasikan di New England Journal of Medicine. It turns out, ternyata
tea tree oil dan lavender oil penyebabnya; dua oil ini bisa merangsang estrogenic effect. Jadi gak
selamanya yang natural itu safe. Dan paraben itu gak bahaya, kok. Karena biasanya paling banyak
1% kandungan paraben di skincare; malah sebetulnya biasanya cuma 0.1-0.2% aja.


3. Petroleum Jelly dan mineral oil berbahaya, Mitos atau fakta?

Itu mitos gaiss, Petroleum Jelly ini natural, karena mineral oil dan petrolatum itu terbentuk dari hidrokarbon. Apakah safe? Ini safe. Orang pada takut karena disebut sebut kalau mineral oil dan petrolatum itu berasal dari petroleum. Petroleum itu cairan yang ditemukan di bawah batu sedimen, biasanya dipake untuk bahan bakar mobil (bensin) dll. Tapi petrolatum atau mineral oil yang dipake di skincare itu hasil distilasi, dan kalo misal ternyata produsen membeli mineral oil dan petrolatum yang diproses purifikasi terbaik, sebetulnya itu bahan yang nggak akan bikin clogged pores.

Jadi misal nih, kayak kita beli produk mengandung mineral oil terus malah kayak bikin komedoan
atau jerawatan, belum tentu itu penyebabnya. Bisa jadi sejak awal pori pori kamu tersumbat tapi
nggak nyadar, atau bahan mineral oil yang dipakai itu bukan hasil purifikasi terbaik, jadi produsen
beli yang murah meriahnya untuk menekan cost produksi. Itu mungkin, jadi jangan langsung
nyalahin skincare kalo nggak berguna di kulit kita.

4. Gold dan Collagen berfungsi sebagai bahan anti aging

Ini juga Mitos gaiss, Ini dimulai ketika tren mengawinkan unsur metal ke skincare, tim marketing ngelaunch tren ini supaya pada banyak yang beli. Aku yakin pasti ada yang pernah pake, karena aku pun salah satu yang dikirimin produk mengandung partikel nano gold. Sampai sejauh ini, kalo mau ngomongin soal unsur metal, yang paling bisa dipercaya itu copper-peptide. Karena sudah ada cukup banyak penelitian yang mengarah ke sana, dan peptide sendiri memang salah satu bahan menjanjikan
untuk antiaging.
Nah, buat collagen sendiri, ada istilah hydrolyzed collagen. Jadi intinya sih itu berupa collagen
yang dipecah pecah lagi hingga jadi molekul terkecil. Ini bakal agak sedikit bikin pusing ya wkwk,
tapi aku pikir beauty blogger perlu tahu seenggaknya apa itu Dalton rule. Gampangnya sih, Dalton
rule itu salah satu cara yang bisa dipakai untuk menentukan apakah suatu bahan itu skincare atau
drug (obat) yang bisa jadi skincare. Kalo di bawah 500 maka sifatnya drug, kalo di atas 500 maka
itu skincare.
Cara nyari taunya gimana? Cari massa molekulnya (molecule weight). Setahuku salicylc acid di
kisaran seratusan, jadi itu sifatnya bisa jadi drug, makanya tidak disarankan buat ibu hamil.
Sementara collagen itu di kisaran molecular weight 80-12 kD, jadi kira kira ribuan sampai puluh
ribuan.
Kalo pake logika, gimana ceritanya collagen bisa membantu untuk antiaging padahal nembus ke lapisan kulit teratas aja gak bisa? Malah bakal jadi sit on top aja, itulah alasannya kenapa aku cenderung nyebut collagen sebagai humektan, cuma bisa bikin kulit jadi lebih moist aja. Sementara salicylic acid, berhubung dia bisa jadi drug, maka sangat mungkin bisa nembus ke pori pori terdalam, dan membantu melakukan eksfoliasi dari bagian dalam kulit.

5. Retinol bisa digunakan sebagai anti aging?

Retinol itu di kisaran 200an, jadi bahwa ya, itu memang bisa jadi bahan antiaging, itu bener.

itu tadi adalah materi yang dibawakan oleh kak mia, iyaa puaanjaang banget dan sangan jelas dan detail. Selanjutnya ada tanya jawab yang nggak kalah bermanfaatnya nih. Yang pasti ada pertanyaan - pertanyaan yang kalian ingin tanyakan tapi sudah ditanyakan dan terjawab.


Q: apa BPOM sudah melindungi konsumen dari produk kosmetik berbahaya? Kenapa brand
menggemborkan paraben-free padahal paraben itu aman?

A: Aku rasa harusnya BPOM itu ngegenjot lebih strict lagi karena setahuku sekarang banyak produk
beredar atas izin BPOM, tapi tanpa pengecekan dari BPOM sendiri. CMIIW, dari yang pernah aku baca,
kode izin edar sama kode sudah dicek oleh BPOM sendiri itu beda. Untuk izin edar namanya notifikasi
kosmetik, sementara nomor registrasi BPOM diberikan oleh BPOM setelah sampel produknya diuji.
Sayangnya, sayang banget, BPOM itu nggak kayak FDA. FDA itu semacam BPOM di Amrik. Contoh
mudahnya ya, aku susah lho mau nyari Peraturan Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika Indonesia yang
lengkap. Ada tapi, itu out of date banget, tahun 2011. FDA punya ini dan diatur sedemikian rupa walaupun
mereka juga belum 100% sempurna. Intinya sih mulai dari permintaan konsumen yang ingin serba green,
makanya industri menjawab demikian: no paraben, no lanolin, dll. Kita sedang membodohi diri kita sendiri


Q: Bagaimana dengan anjuran pakai skincare yg sebagian besar orang tidak mematuhi anjuran pakai?
Apakah aman dan diperbolehkan menggunakan dalam kadar dan intensitas yg lebih?
A: Aturan itu dibuat karena ngeliat dari rata-rata yang dibutuhkan konsumen dalam pemakaian, mirip
kayak minum obat, ada tujuan tertentu. Bakal ketahuan nantinya kalo emang overdose, pasti ada reaksi
tertentu di kulit kita. Tapi misal nih kayak pake masker yang katanya 2-3x seminggu, buat aku tetep
tergantung kulitnya sendiri. Kalo memang badak dan perlu lebih banyak, why not? Aku pake AHA tiap
hari dan sejauh ini buatku itu cara efektif. Padahal ada anjuran 2-3x seminggu pemakaian.


Q: Memilih skincare yang safe tu gimana? dilihat dari ijin BPOM, no animal testing atau brand?
A: Aku biasanya baca dulu bagian komposisi buat milih yang safe buat kulit. Ini yang paling penting buat
diketahui: kalo misal ada komposisinya berupa aqua tanpa satu pun bahan pengawet, jangan pernah beli.
Karena air itu perlu bahan pengawet, dan embel embel natural sekarang ngarahnya ke "tanpa bahan
pengawet". Kalo misal dia tanpa bahan pengawet, kayak Pyunkang Yul Essence Toner tapi mencantukan
PAO, misal 6 bulan, buat aku masih safe. Aku cenderung menghindari produk yang non cruelty free karena
banyak yang dibuat di China, dan yang di China dipalsuin dan dijual lagi di Indonesia dan aku gak yakin
yang beredar dijual bebas di e-commerce 100% asli, bisa jadi suatu saat zonk ternyata malah beli palsu
dan dipake. Jadi itu alasannya kenapa aku pilih brand cruelty free, menghindari kemungkinan dapet
barang palsu. Sesuai preferensi masing masing.


Q: Gimana tipsnya jelasin ke audience dengan baik tanpa jadi menyesatkan tapi juga ga kecewain klien?
A: Emang susah ya kalo mau jujur tapi tidak menyakiti hati klien. Kalo aku biasanya diperhalus kata
katanya, misal: "walaupun no paraben, sebetulnya paraben sejauh ini masih dianggap safe kok. Kecuali
kalau kamu alergi paraben, maka sebaiknya hindari produk mengandung paraben". Jadi aku selalu nyebut,
kalo kamu nggak ada alergi sama bahan tertentu, sebetulnya ini safe. Tapi brand A dengan judul X itu
memang tidak memakai bahan Y sama sekali. Jadi jika concernmu adalah produk tanpa bahan Y, maka
kamu bisa mempertimbangkan membeli brand A.


Q: Tentang chemical peeling, sebenarnya itu pemakaian yg baik digunakan berapa hari sekali? Karena
ada produk yg mengatakan bisa pakai setiap hari. Saat wajah berjerawat, boleh peeling nggak? Lebih
aman pakai masker wajah atau chemical peeling?
A: Kalo sesuai anjuran itu sekitar 2-3x seminggu. Tapi aku pake lactic acid yang TO sama serum X FSS
hampir tiap hari, selang seling, karena tau kalo dua duanya mild dan kulitku bisa ngetolerir. Pas berjerawat
justru bakal lebih cepet pulih pas pake chemical peeling. Di awal sebel sih pasti gara gara jerawat nambah
banyak banget. Tapi jadi lebih cepet diganti kulit baru.


Q: Apa baik menyimpan skincare di dalam kulkas setiap hari? Apa sebenarnya kegunaan menyimpan
skincare di kulkas? Apakah hanya agar skincare saat dipakai dingin? Atau lebih untuk agar awet saja
skincarenya?
A: Yup, gak masalah sih kalo mau nyimpen di kulkas dalam waktu lama. Karena biasanya sih yang bikin
kita simpen di kulkas supaya tekstur, warna, dan wanginya nggak aneh aneh, atau juga menghindar dari
jamur. Ada produk yang bisa kayak gini kalo gak dikulkasin, ada juga produk yang bakal baik baik aja kalo
gak dikulkasin, contohnya kayak Vaseline atay clay mask.


Q: Aku kan kulitnya jd dry n sensitive skin ya.. Untuk rescue pertama kali, lebih hydrating kulit dulu apa
gimana ya?
A: Yang pasti supaya keadaan skin barrier-nya bisa seimbang harus ada produk hydrator dipake, kalo tipe
kering itu pake humektan macem glycerin, atau occlusive kayak wax atau oil. Soalnya kalo barrier-nya
bermasalah, gampag banget masalah kulit timbul. Jadi buat rescue bagusnya: 1) Kontrol kesehatan, 2)
Pake sabun cuci muka yang pH friendly, 3) Pakai produk yang bisa ngerepair skin seperti yang mengandung
ceramide, urea, vitamin B5, 4) Pake sunscreen yang emang sudah cocok banget di kulit; kecuali kondisi
kulit beda jangan ganti ganti.


Nah itu tadi adalah materi yang dibahas di Ngopi cantik kali ini, benar - benar bermanfaat sekali bahasan kali ini. Sejujurnya gw agak tumpul masalah begini - beginian, jadi harus dibaca berulang - ulang kali sampe ngerti. Kenapa gw kasih semua di sini bukan hanya kesimpulan?
Karena gw nggak mau jadi salah satu yang memberikan informasi yang salah, karena untuk menjelaskan hal semacam ini butuh kemampuan khusus di bidang nya. Dan gw pun masih belajar untuk memahami lebih dalam dunia per-skincare-an.

Thank u kak Mia untuk Ngopi Cantik kali ini, Thank u BS sudah memberi kesempatan untuk mengikuti Ngopcan Kali ini. Thank u semua pembaca setia Looks Beautiful.



You Might Also Like

0 comments